![]() |
Foto: PortalTasik.com |
InfotTasik, PORTALTASIK.COM: Kerajinan Payung Geulis Tasikmalaya merupakan salah satu ciri khas dan buah tangan yang berada di Kota Tasikmalaya. Perlu diketahui bahwa di masa penjajahan Belanda, Payung Geulis yang terbuat dari bahan kertas dan kain ini sering dipakai oleh kaum bangsawan.
Komoditi payung geulis harus menjadi primadona di Jawa Barat karena memiliki sejarah panjang. Bangsa Indonesia atau warga Jawa Barat khususnya orang Tasik harusnya bangga dengan menggunakan payung geulis pada setiap kesehariannya.
Zaman dulu saja payung ini sudah menjadi ciri khas para bangsawan dan menaikkan martabat diri. Namun sayang, anak muda Tasikmalaya khususnya masih belum peduli terhadap budaya indah ini.
Memasuk tahun 2020 atau tepatnya di masa pandemi ini segala usaha pemasaran menurun. Baik dalam usaha kuliner, pakaian ataupun lainnya, termasuk para pengrajin Payung Geulis.
Pengrajin Payung Geulis Asal Tasikmalaya Bertahan
Selain karena kurangnya minat dari masyarakat sendiri, tahun 2020 ditambah dengan pandemi Covid-19. Meskipun di era pandemi ini tidak membuat goyah para pengrajin untuk tetap melestarikan kerajinan yang hampir punah ini.
Salah satu pengrajin payung geulis yang berpusat di Panyingkiran Kota Tasikmalaya yaitu Pipin Ridwansyah (30) yang akrab disapa Ipin. Ia membuka usaha payung geulis ini dengan nama Rancabentang Payung Geulis sejak tahun 2012.
Usahanya sudah mulai maju dan memiliki banyak reseller dari berbagai wilayah seperti Ciamis, Bandung, Bali, Pontianak, Jambi dan lainnya. Ia merintis usaha payung geulis ini dibantu istrinya yang akrab disapa Rena (27).
"Kalau tidak seperti ini siapa lagi yang akan meneruskan warisan turun temurun Payung Geulis," tutur Ipin. Usaha Pipin ini berlokasi di di kampung Sindangraja RT 004 RW 002, Jatihurip, Cisayong, Kota Tasikmalaya.
Pipin juga menyampaikan berapa modal awal untuk membuat usaha payung geulis kurang lebih Rp 4 juta pada tahun 2012. Biasanya Ia memasarkan atau menerima pesanan kerajinan Payung Geulis dari reseller. Orang-orang memesan untuk acara pernikahan, khitanan, pemakaman dan lainnya.
Pada tahun 2017 ia sempat menerima pesanan dari Pemda Tasik hingga 1000 pieces dalam rangka ulang tahun Kota Tasikmalaya. Hal ini jelas menjadi prestasi tersendiri bagi Pipin.
Penurunan Omset dimasa Covid-19
Usaha ipin mengalami penurunan yang signifikan ketika memasuk masa pandemi Covid 19.
Ia mengatakan bahwa "Selama 8 bulan ini mengalami penurunan hingga 80 dan pesanan pun tidak sesering dulu. Paling sekarang hanya sehari 20 pieces," jelas Ipin.
Pipin menjual kerajinan payung geulis ini dengan harga yang sangat terjangkau yaitu 45 ribu rupiah saja. Masa pandemi ini saatnya kaum muda dan masyarakat Tasikmalaya khususnya untuk menggunakan produk lokal
Kerajinan payung geulis Tasikmalaya harus dilestarikan oleh bangsa sendiri dan warga masyarakat kota santri khususnya. Jangan sampai budaya kita ini diambil lagi oleh negara luar yang tidak tahu asal usulnya.
0 Komentar